Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tesis Mahasiswa Prodi Magister Manajemen UID

PELUANG PASAR TEKNOLOGI BIOGAS LIMBAH INDUSTRI TAHU BAGI PENGEMBANGAN EKONOMI SIRKULAR DI PROBOLINGGO, PURWOKERTO DAN TEGAL JAWA TENGAH


Latar Belakang Masalah

Dalam laporan Kementerian PPN/Bappenas ditunjukkan bahwa  potensi penerapan ekonomi sirkular di lima sektor industri mampu menambah PDB hingga Rp 642 triliun (Anonim 2021). Kelima sektor tersebut mencakup industri makanan dan minuman, tekstil, perdagangan grosir dan eceran (dengan fokus pada kemasan plastik), konstruksi, dan elektronik. Implementasi konsep ekonomi sirkular di lima sektor tersebut dapat menciptakan sekitar 4,4 juta lapangan kerja baru hingga tahun 2030. 
Secara konseptual ekonomi sirkular menggunakan sumber daya alam dengan lebih baik dan mengubah limbah menjadi keuntungan. Penggunaan sumber daya pada sistem ekonomi sirkular dapat memperpanjang umur produk, diantaranya melalui daur ulang menjadi produk lain (upcycling). Konsep ekonomi sirkular juga merupakan sistem industri yang bersifat restoratif dan regeneratif, yang menggantikan konsep akhir hidup' produk ke arah penggunaan energi yang terbarukan.
Capaian pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) saat ini baru 11%, dari target 23% di tahun 2025 Pemerintah sedang berusaha untuk menyusun perencanaan yang lebih baik untuk memenuhi targer tersebut (Anonim, 2021) . Sementara itu realisasi pemanfaatan energi baru terbarukan yang berasal dari biogas baru sebesar 26 juta m3 gas per hari, masih jauh dari target rencana umum energi nasional (RUEN) yaitu sebesar 489 juta m3 per hari pada tahun 2025 (Antara news, 2020).
Selain itu, untuk tahun 2030 Indonesia menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan dukungan pihak internasional. Secara nasional, berdasarkan NDC target penurunan emisi pada tahun 2030 sebesar 834 juta ton CO2e. Dan menurut dokumen update NDC tahun 2021, melalui long term strategy – low carbon and climate resilience (LTS – LTCCR), Indonesia menargetkan untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih awal (Anonim, 2021). Untuk mendukung upaya ini dibutuhkan peran pemerintah daerah dan berbagai pihak berkontribusi untuk mencapai target penurunan emisi nasional ini. 
Salah satu industri yang banyak mengeluarkan emisi adalah industri tahu dan tempe. Di Indonesia industri tahu dan tempe berjumlah sekitar 160.000 unit usaha yang tersebar di 200 Kabupaten/Kota dalam 27 provinsi.  Industri ini melibatkan banyak tenaga kerja yaitu sekitar 5 juta tenaga kerja. Jumlah kedelai yang diolah diperkirakan mencapai 3 juta ton per tahun (Tempo, 2021). Dalam aktivitas produksinya industri tahu mengeluarkan limbah cair dengan jumlah kurang lebih 18,8 m3 dari tiap pengolahan 1 ton kedelai (Pambudi, et al. 2021).
Limbah cair tahu mengandung konsenterasi chemical oxygen demand (COD) yang tinggi dan jauh melampaui baku mutu yang sudah ditetapkan. Limbah cair industri tahu umumnya langsung dibuang ke saluran air, limbah yang tidak diolah. Limbah ini akan meresap ke dalam tanah yang dapat mengakibatkan tercemarnya kualitas air tanah. Selain itu, dalam perjalanannya di saluran air limbah tahu ini akan berubah menjadi bau serta mengeluarkan gas metana yang bahayanya 21 kali dari emisi CO2. 
Dewasa ini telah tersedia teknologi pengolahan limbah tahu yang dapat mengurangi pencemaran air tanah maupun emisi udara, juga dapat menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai pengganti LPG untuk kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan perhitungan pengurangan emisi dari pengolahan limbah tahu, di Indonesia akan mampu menyumbang penurunan emisi sekitar 866,804,16 ton CO2e per tahun (Parlina dan Widodo, 2013). Penerapan unit percontohan pengolahan limbah cair tahu skala industry telah dibangun sejak tahun 2009 dan beberapa kali di replikasi untuk mengatasi masalah lingkungan.
Upaya mengatasi masalah lingkungan dengan mengolah limbah melalui pemanfaatan merupakan potensi munculnya kegiatan ekonomi dari pemanfaatan limbah (sirkular ekonomi). Adanya target pemerintah yang belum bisa dicapai yang berupa target produksi biogas dan reduksi emisi greenhouse gas GHG. Di sisi lain, adanya teknologi yang penerapannya dapat menghasilkan EBT biogas dan menurunkan emisi GRK. Kondisi ini menunjukkan adanya selisih supply dan demand antara target dan capaian produksi biogas dan penurunan emisi. Artinya, terdapat peluang usaha untuk dapat memenuhi target. Besarnya selisih supply dan demand menunjukkan besarnya peluang usaha pengadaan teknologi biogas untuk diterapkan pada industri tahu.
Pengadaan peralatan, penerapan, konstruksi, instalasi dan pendukung lainnya dalam pembuatan peralatan teknologi pengolahan biogas akan membutuhkan: bahan, tenaga kerja, transportasi dan sumber daya lainnya.  Seluruh kegiatan ini selain dapat menyerap tenaga kerja, juga dapat berdampak terhadap peningkatan perekonomian di lingkungan masyarakat.
Meskipun, penelitian pengolahan biogas limbah tahu sudah banyak dilakukan mulai dari potensi produksi biogas dan manfaatnya, potensi peningkatan kualitas lingkungan dan reduksi emisi serta analisis kelayakan finansialnya. Namun belum terdapat penelitian mengenai potensi pasar teknologi biogas limbah tahu yang diterapkan secara luas di masyarakat. Penelitian ini berupaya mengungkap informasi tentang peluang pasar teknologi tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan produksi secara masal. 

Posting Komentar untuk "Tesis Mahasiswa Prodi Magister Manajemen UID"